Kearifan Lokal Desa Jambeyan Asal-usul Pemandian Jolotundo Versi Pewayangan

Jika Anda berpergian ke Klaten, maka sempatlah berkunjung ke Pemandian Jolotundo yang terdapat di daerah Karanganom, Klaten. Pemandian Jolotundo ini merupakan pemandian yang unik karena tidak memakai karporit seperti pemandian pada umumnya. Terdapat tiga kolam yang dapat digunakan untuk berendam, yaitu kolam dengan kedalaman 3 meter, 1.5 meter, dan 1 meter. Pada dasar kolam terdapat bebatuan dan ikan-ikan yang menjadi pembersih kolam alami. Disediakan juga berbagai macam fasilitas seperti kamar mandi, ruang ganti, mushola dan juga kantin.

Pemandian Jolotundo

Secara lebih detail, Pemandian Jolotundo terletak di Desa Jambeyan dan mengambil airnya dari salah satu sumber mata air yang terdapat di desa tersebut. Sumber mata air ini menjadi salah satu penunjang kealamian Pemandian Jolotundo. Oleh karena hal itu, Pemandian Jolotundo tidak bisa lepas dari pengaruh dan kearifan lokal yang terdapat di Desa Jambeyan.

Menurut warga setempat, Pemandian Jolotundo memiliki cerita dibalik terbentuknya pemandian ini yang terbagi dalam beberapa versi cerita. Salah satu versi cerita yang akan diuraikan di sini adalah versi yang terkait erat dengan dunia pewayangan. Dunia pewayangan sendiri adalah dunia yang sangat khas dengan budaya Jawa. Secara etimologis, Jolotundo berasal kata Jala yang berarti air suci dan Tundo yang berarti yang tertunda. Ini selaras dengan cerita karena menurut mitologi pewayangan Jolotundo adalah sebuah tempat sumber mata air yang sering digunakan oleh Arjuna dan Kresna untuk bertapa. Airnya yang jernih dan tempatnya yang tenang membuat Jolotundo menjadi tempat yang baik untuk bertapa kepada dewa-dewa.

Dalam kisah pewayangan, diceritakan Kresna memiliki seorang adik yang cantik jelita bernama Dewi Warasembadra. Dewi Warasembadra ini adalah tokoh yang luar biasa karena digambarkan sebagai sosok ideal seorang wanita Jawa. Ia adalah wanita yang anggun dan memiliki pembawaan tenang namun juga memiliki sifat yang tegas. Karena kecantikan dan pribadinya yang sangat baik ini, Dewi Warasembadra menjadi salah satu istri dari Arjuna. Digambarkan kalau Dewi Warasembadra ini adalah istri yang sangat setia pada suaminya dan di dalam masyarakat Jambeyan, Dewi Warasembadra juga mencerminkan keagunggan seorang wanita karena kesetiaannya pada suaminya.

Pada suatu hari, Dewi Warasembadra diajak oleh Kresna untuk pergi ke Jolotundo. Di sana, Kresna ingin bertapa sementara Dewi Warasembadra yang gemar berenang akhirnya memutuskan untuk bermain di sana sembari menunggu kakaknya selesai bertapa. Dewi Warasembadra akhirnya berenang di sana sambil menggunakan batang pisang sebagai pelampung agar ia tidak terjatuh ke dasar Jolotundo yang dalam. Ia kemudian mulai berenang dan mendayung perlahan-lahan sambil menggunakan batang pisang tersebut sebagai pelampung. Namun karena licin, akhirnya Dewi Warasembadra terpleset dan tenggelam ke dasar air. Saat Dewi Warasembadra menginjak dasar Jolotundo, ia tidak sengaja menginjak cangkang siput yang lancip hingga akhirnya kakinya berdarah. Kresna yang mengetahui kalau adiknya terluka menjadi marah dan segera menyelamatkan adiknya. Saat Dewi Warasembadra sudah aman kembali, Kresna mengeluarkan tiga sabda yang tidak bisa dibantah.

Pertama, Kresna mengatakan bahwa cangkang siput yang berada di Jolotundo tidak boleh ada yang lancip. Sampai saat ini dipercayai jika menaruh cangkang siput yang lancip di Jolotundo, cangkang itu akan berubah menjadi tumpul akibat kesaktian perkataan Kresna. Sebaliknya jika mengeluarkan cangkang siput yang tumpul dari Jolotundo, cangkang siput itu akan berubah menjadi lancip kembali. Sabda kedua yang dikeluarkan oleh Kresna adalah, tidak boleh adanya pohon pisang yang tumbuh disekitar area Jolotundo. Jika ada warga yang berani menanam pohon pisang di daerah Jolotundo dan menentang kata-kata Kresna, orang itu akan dikenakan malapetaka yang besar. Kalaupun ada tunas pisang yang tumbuh dengan sendirinya, maka warga disekitar area Jolotundo memiliki kewajiban untuk segera mencabut tunas itu dan membuangnya agar tidak terkena sabda Kresna. Konon, malapetaka yang dijanjikan oleh Kresna pernah dirasakan oleh beberapa warga Desa Jambeyan yang berani menanam pohon pisang di area sekitar Jolotundo. Malapetaka tersebut datang dalam bentuk penyakit yang tidak dapat dijelaskan dan hanya akan hilang jika pohon pisang itu dicabut sampai ke akar-akarnya. Sabda terakhir yang dikeluarkan oleh Kresna adalah tidak boleh ada warga di sekitar area Jolotundo yang memiliki kecantikan di atas kecantikan Dewi Warasembadra. Sabda terakhir ini tidak menghalangi warga yang hidup di area sekitar Jolotundo untuk memiliki kecantikan yang memukau karena kecantikan Dewi Warasembadra sendiri konon dikatakan tidak tertandingi.

Itulah cerita dibalik Pemandian Jolotundo. Cerita ini dapat digunakan untuk memperkaya
wawasan dan pengalaman para pengunjung yang datang ke Pemandian Jolotundo karena
merupakan salah satu bentuk kearifan lokal masyarakat Desa Jambeyan. Cerita inipun sudah
diceritakan secara lisan dan telah melalui beberapa keturunan hingga masih hidup sampai
sekarang dikalangan masyarakatnya.

Ditulis oleh AKYASA ADIBA dan RIKAD VERGI A. - Filsafat, KKN UGM 2018
Sumber : Wawancara Tokoh Setempat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TIM KKN UGM 2018

Jambeyan, Karanganom, Klaten, Jawa Tengah
Me
Palupi T. S.
Sastra Arab

FIB UGM, Asal Purworejo.

Me
Rahmat N. P.
Akuntansi

FEB UGM, Asal Boyolali.

Me
Karunia Ayu
Arsitektur

Fakultas Teknik UGM, Asal Yogyakarta.

Me
Clarisa Oktaviana
Akuntansi

FEB UGM, Asal Jakarta.

Me
Andri Imanudin
Ilmu Komputer

Fakultas MIPA UGM, Asal Brebes.

Me
Anggraeni Marga
Agronomi

Fakultas Pertanian UGM, Asal Klaten.

Me
Artina D. O.
Teknik Sipil

Fakultas Teknik UGM, Asal Sragen.

Me
Faqih S. A.
Teknik Elektro

Fakultas Teknik UGM, Asal Purworejo.

Me
Titin Novita
Farmasi

Fakultas Farmasi UGM, Asal Sukoharjo.

Me
Zeni Krismonalia
Manajemen

FEB UGM, Asal Solo.

Me
Bramono T.
Teknik Elektro

Fakultas Teknik UGM, Asal Semarang.

Me
Ilyasa S. A.
Kedokteran Gigi

FKG UGM, Asal Pekanbaru.

Me
Kinanti R. P.
Farmasi

Fakultas Farmasi UGM, Asal Semarang.

Me
Rikad Vergi A.
Filsafat

Fakultas Filsafat UGM, Asal Kediri.

Me
Muslimah
Statistika

Fakultas MIPA UGM, Asal Wonosobo.

Me
Herni N. H.
Gizi Kesehatan

FKKMK UGM, Asal Bantul.

Me
Habibi Rahman
Matematika

Fakultas MIPA UGM, Asal Aceh.

Me
Apriyati D. R.
Ilmu Keperawatan

FKKMK UGM, Asal Magelang.

Me
Irfana D. A.
Kedokteran Hewan

FKH UGM, Asal Jakarta.

Me
Dicky H. A.
Teknik Industri

Fakultas Teknik UGM, Asal Medan.

Me
Astrie Nofrianti
Fisika

Fakultas MIPA UGM, Asal Pontianak.

Me
Atsarina Nastiti
Kartografi dan Pengindraan Jauh

Fakultas Geografi UGM, Asal Yogyakarta.

Me
Ika Septiana
Kimia

Fakultas MIPA UGM, Asal Boyolali.

Me
Akyasa Adiba
Filsafat

Fakultas Filsafat UGM, Asal Yogyakarta.